4. Tidak memasukkan biaya mobilisasi alat
Banyak orang terlalu fokus pada apa yang akan dibangun sehingga lupa bagaimana cara alat dan material tersebut sampai ke lokasi. Biaya mobilisasi alat, terutama untuk alat berat atau peralatan khusus, sering kali dipandang sebelah mata atau bahkan dilupakan sama sekali. Padahal, biaya sewa truk pengangkut, biaya bongkar muat, hingga biaya koordinasi lingkungan untuk masuknya kendaraan besar memerlukan dana yang tidak sedikit.
Biaya mobilisasi ini juga mencakup persiapan akses jalan jika lokasi proyek sulit dijangkau. Jika hal ini tidak masuk dalam anggaran sejak awal, Anda mungkin akan terkejut saat melihat tagihan logistik yang membengkak di bulan pertama pengerjaan. Memasukkan detail transportasi dan pengangkutan dalam RAB akan membantu Anda melihat gambaran biaya yang lebih utuh dan jujur.
5. Mengabaikan inflasi harga material
Jika proyek Anda direncanakan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, misalnya lebih dari enam bulan, maka mengabaikan faktor inflasi adalah sebuah kecerobohan. Harga material bangunan cenderung memiliki tren naik mengikuti laju inflasi dan biaya transportasi bahan bakar. Sering terjadi sebuah proyek dimulai dengan harga material X, namun saat memasuki tahap penyelesaian, harga tersebut sudah melonjak menjadi Y.
Penyusun anggaran yang bijak biasanya menyertakan faktor eskalasi harga atau setidaknya memberikan ruang lebih dalam estimasi harga material pokok. Dengan mempertimbangkan kemungkinan kenaikan harga di masa depan, Anda telah membentengi proyek dari risiko kekurangan dana yang bisa menyebabkan proyek mangkrak di tengah jalan. Hal ini menunjukkan bahwa RAB bukan hanya sekadar catatan belanja, tapi juga alat analisis risiko finansial.
6. Menghapus biaya upah lembur pekerja
Dalam upaya menekan biaya agar terlihat murah di awal, beberapa orang sering kali menghapus atau tidak menganggarkan biaya upah lembur. Padahal, dalam pelaksanaannya, sering kali ada tenggat waktu yang harus dikejar atau pekerjaan yang harus segera diselesaikan karena faktor teknis, seperti pengecoran yang tidak boleh terputus. Pekerjaan tambahan ini tentu membutuhkan kompensasi bagi para pekerja yang meluangkan waktu ekstra.
Menghargai keringat pekerja melalui penganggaran upah lembur yang jelas bukan hanya soal angka, tapi juga soal menjaga moral dan produktivitas tim di lapangan. Jika anggaran lembur tidak ada, Anda mungkin akan mengalami kesulitan saat harus mempercepat ritme kerja demi mengejar target waktu. Merencanakan biaya tenaga kerja secara komprehensif akan memastikan hubungan kerja tetap harmonis hingga proyek usai.
7. Estimasi durasi proyek terlalu optimis
Waktu adalah uang, dan dalam konstruksi, kalimat ini sangatlah nyata. Kesalahan yang sangat manusiawi namun berisiko adalah menetapkan durasi proyek yang terlalu optimis tanpa mempertimbangkan faktor eksternal. Misalnya, memperkirakan pembangunan selesai dalam tiga bulan padahal musim hujan sedang berada di puncaknya. Durasi yang meleset secara otomatis akan menambah biaya upah pekerja, biaya sewa alat, dan biaya operasional lainnya.
Estimasi durasi yang realistis harus mempertimbangkan produktivitas harian pekerja dan kemungkinan hari libur atau hari hujan di mana pekerjaan tidak bisa dilakukan secara maksimal. Dengan menetapkan jangka waktu yang lebih longgar dan masuk akal, anggaran yang Anda susun akan lebih tahan banting terhadap pergeseran jadwal yang mungkin terjadi di lapangan.
8. Keliru menghitung pajak dan administrasi
Sering kali kita terlalu fokus pada fisik bangunan hingga lupa bahwa ada aspek legalitas dan kewajiban negara yang harus dipenuhi. Keliru menghitung pajak seperti PPN, atau melewatkan biaya administrasi perizinan seperti Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), bisa menjadi sandungan di kemudian hari. Biaya-biaya ini bersifat wajib dan biasanya memiliki standar tarif yang sudah ditentukan.
Selain pajak, biaya koordinasi dengan lingkungan sekitar atau iuran keamanan selama proyek berlangsung juga perlu dicatat. Meskipun terlihat kecil dibandingkan harga besi beton, akumulasi dari biaya-biaya administratif ini bisa mencapai angka jutaan rupiah. Memasukkan komponen ini dalam RAB menunjukkan bahwa Anda adalah perencana yang profesional dan taat aturan, sehingga jalannya proyek tidak akan terganggu oleh masalah birokrasi.












