Bisnis  

9 Kesalahan Menyusun RAB yang Menguras Anggaran Proyek

9 Kesalahan Menyusun RAB yang Menguras Anggaran Proyek
9 Kesalahan Menyusun RAB yang Menguras Anggaran Proyek

jurnalfokus.com – Membangun rumah impian atau menjalankan proyek konstruksi sering kali dimulai dengan penuh semangat dan harapan besar. Namun, realitas di lapangan terkadang memberikan kejutan yang kurang menyenangkan, terutama ketika anggaran yang sudah disusun rapi tiba-tiba menipis sebelum pekerjaan selesai. Fenomena ini biasanya bukan disebabkan oleh hal-hal besar yang tidak terduga, melainkan oleh detail-detail kecil yang terlewatkan saat tahap perencanaan awal.

Menyusun Rencana Anggaran Biaya atau RAB bukan sekadar soal menjumlahkan harga semen dan batu bata. Ini adalah seni memprediksi masa depan melalui angka yang membutuhkan ketelitian serta pemahaman mendalam tentang dinamika lapangan. Banyak orang yang terjebak dalam masalah finansial karena terlalu terburu-buru dalam proses ini, sehingga mereka sering kali menghadapi kesalahan menyusun RAB yang sebenarnya bisa dihindari dengan persiapan yang lebih matang.

Sebelum kita menyelami lebih dalam mengenai titik-titik rawan yang sering menjadi jebakan Batman dalam anggaran, penting bagi kita untuk menyamakan persepsi mengenai apa itu RAB. Secara sederhana, RAB adalah dokumen estimasi biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek dari awal hingga akhir. Dokumen ini mencakup biaya material, upah tenaga kerja, sewa alat, hingga biaya administratif lainnya. RAB berfungsi sebagai peta jalan finansial yang memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan memiliki tujuan yang jelas dan terukur.

Baca Juga :  Misteri Uang Gaib: Ke Mana Larinya Gaji Padahal Belum Belanja?

1. Mengabaikan survei harga pasar terbaru

Salah satu penyebab utama kegagalan anggaran adalah penggunaan data harga yang sudah kedaluwarsa. Dunia konstruksi sangat dinamis, di mana harga material bisa berubah hanya dalam hitungan minggu akibat fluktuasi ekonomi atau kebijakan tertentu. Mengandalkan ingatan tentang harga besi tahun lalu atau sekadar bertanya kepada rekan tanpa melakukan kroscek langsung ke toko bangunan adalah langkah yang sangat berisiko.

Survei harga pasar terbaru memberikan landasan yang kuat bagi anggaran Anda. Dengan meluangkan waktu untuk mengunjungi beberapa supplier atau mencari informasi harga terkini secara daring, Anda bisa mendapatkan angka rata-rata yang lebih realistis. Perbedaan harga seribu atau dua ribu rupiah pada satu sak semen mungkin terlihat sepele, namun jika dikalikan dengan ratusan sak yang dibutuhkan, angkanya akan menjadi sangat signifikan dan mampu mengganggu arus kas proyek Anda.

Baca Juga :  BPH Migas Kunjungi PLN NTB, Pastikan Kesiapan Listrik Jelang Nataru 2025

2. Melupakan biaya tak terduga (contingency)

Dalam setiap proyek fisik, ketidakpastian adalah satu-satunya hal yang pasti. Cuaca yang tiba-tiba buruk, kendala teknis di bawah tanah saat penggalian, atau keterlambatan pengiriman material sering kali terjadi tanpa peringatan. Sayangnya, banyak orang menyusun RAB dengan asumsi bahwa segala sesuatu akan berjalan sempurna 100 persen tanpa hambatan sedikit pun.

Melupakan biaya tak terduga atau contingency fund adalah kesalahan fatal yang sering membuat pemilik proyek kelabakan. Dana cadangan ini biasanya dialokasikan sekitar 5 hingga 10 persen dari total anggaran sebagai jaring pengaman. Kehadiran dana ini memberikan ketenangan pikiran, karena jika terjadi sesuatu yang di luar kendali, Anda tidak perlu menghentikan pekerjaan atau mencari pinjaman darurat yang mendesak.

Baca Juga :  LP2K NTB: Tingkatkan Daya Saing Kopi NTB di Pasar Nasional dan Internasional

3. Salah menghitung volume pekerjaan

Ketelitian matematis adalah kunci utama dalam konstruksi. Salah satu kesalahan menyusun RAB yang paling sering dijumpai adalah kekeliruan dalam menghitung volume pekerjaan. Misalnya, salah menghitung luas dinding yang akan dicat atau volume beton yang harus dicor. Meski terlihat sederhana, rumus-rumus bangunan memerlukan ketelitian agar jumlah material yang dibeli tidak kurang dan juga tidak terlalu berlebih.

Kesalahan penghitungan volume ini biasanya berdampak domino. Jika volume beton dihitung terlalu rendah, maka kebutuhan semen, pasir, dan koral juga akan meleset. Hal ini memaksa Anda untuk melakukan pembelian tambahan di tengah pengerjaan yang sering kali jatuh pada harga yang lebih mahal karena faktor urgensi. Menggunakan bantuan tenaga profesional atau perangkat lunak sederhana untuk memverifikasi hitungan volume sangat disarankan agar angka yang keluar benar-benar akurat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *