Keberadaan Posyandu Difabel ini juga diharapkan dapat membantu dalam pengumpulan data riil penyandang disabilitas di NTB, mengingat sistem database di Provinsi NTB saat ini belum berjalan optimal. Dengan data yang akurat, Pemerintah Provinsi NTB dapat mengambil kebijakan yang lebih tepat sasaran.
“Sekali lagi apa yang diperjuangkan pendiri Posyandu Difabel Kediri ini selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Karena itu saya mohon dukungan dari kita semua termasuk para kader untuk bekerja bersama untuk mensukseskan Posyandu Difabel ini. Dengan harapan Posyandu ini menjadi lebih berkualitas sehingga adanya Posyandu yang tengah berjalan ini bisa diikuti oleh Posyandu Difabel lainnya yang ada di Pulau Lombok dan Sumbawa. Percayalah kami punya perhatian khusus difabel ini agar merasa tidak ada yang terpinggirkan, tidak dianggap. Ketahuilah difabel memiliki posisi yang sama di negara ini,” pungkas Bunda Sinta.
Kepala Desa Kediri, H. Fadholi Ibrahim, mengungkapkan bahwa keberadaan Posyandu di Desa Kediri, termasuk Posyandu Difabel AKSES, menjadi perhatian utama pemerintah desa. Bahkan, Pemdes Kediri menganggarkan tidak kurang dari Rp 300 juta untuk pembinaan dan pengembangan 13 Posyandu di Desa Kediri, termasuk memperhatikan insentif para kader.
“Diharapkan Posyandu Difabel Akses ini akan menjadi cikal-bakal berdirinya Posyandu serupa di desa-desa lainnya. Dari Pemerintah Desa kita tetap berkomitmen untuk berkontribusi atas kerja-kerja yang dilakukan Posyandu ini. Saya berharap dari PKK Provinsi dan Pemprov bisa men-support para kader-kader Posyandu Difabel dalam bekerja. Sebab tanpa bantuan pemerintah saya kira disabilitas ini tidak bisa berjalan dengan baik. Hak untuk memperoleh akses kesehatan yang sama juga menjadi perhatian yang lebih utama,” demikian H. Fadholi Ibrahim.
Suara Hati Pendiri Posyandu Difabel AKSES
Fitri Nugraha Ningrum, S.Pd., Pendiri Posyandu Difabel AKSES Kediri, melaporkan bahwa latar belakang didirikannya Posyandu Disabilitas Akses ini semata-mata karena keberadaan penyandang disabilitas juga ingin memperoleh layanan kesehatan yang sama, setara dengan masyarakat lainnya. Kaum disabilitas juga ingin mendapatkan hidup yang sehat, layak untuk berkontribusi bagi agama, bangsa, dan negara.
Ia menyatakan, berdirinya Posyandu ini juga didasari pemikiran bahwa selama ini tidak ada Posyandu khusus difabel yang bisa memberikan akses layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas.
“Harapan kami tentu mendapatkan dukungan dari pemerintah maupun organisasi PKK agar keberlangsungan Posyandu ini juga bisa menginisiasi pendirian Posyandu serupa di desa-desa lain yang penyandang disabilitasnya juga tidak sedikit,” demikian Fitri Nugraha Ningrum.
Dengan semangat kebersamaan dan dukungan dari berbagai pihak, Posyandu Difabel AKSES diharapkan dapat menjadi pionir dalam mewujudkan layanan kesehatan yang inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat di NTB.












