“Kami optimistis, selama transformasi pangan dan integrasi program gizi berjalan masif, insya Allah, NTB bisa keluar dari persoalan ini,” ucapnya.
Dalam dialog tersebut, Kombes Iwan juga memaparkan langkah-langkah strategis BGN, di antaranya kebijakan, sinkronisasi regulasi nasional, standar gizi nasional, dan mendorong MBG sebagai intervensi gizi lintas sektor.
“Jadi, BGN tidak lagi hanya membuat kebijakan, tapi turun langsung memastikan implementasi berjalan,” tegasnya.
Kombes Lalu Iwan menyebut sejumlah capaian di NTB dari adanya program MBG, di antaranya terdapat 226.735 penerima manfaat MBG hingga Juli 2025, terbangunnya SPPG dan dapur sehat, pelatihan “penjamah makanan” untuk 750 pengelola dapur, sosialisasi MBG di berbagai kabupaten/kota, dan keterlibatan 21 UMKM, 7 CV, 38 yayasan, dan 328 supplier lokal.
“BGN ingin memastikan pangan bergizi tersedia, higienis, dan aman. Bukan hanya sekadar ‘makan’ tetapi benar-benar ‘bergizi’,” katanya.
Kombes Iwan menutup dialog dengan menegaskan prioritas BGN, seperti penurunan stunting dan malnutrisi, penguatan ketahanan pangan bergizi,medukasi gizi di keluarga, sekolah, dan komunitas, sistem data dan monitoring terpadu, dan kolaborasi semua sektor terkait.
“Ketahanan pangan dan ketahanan gizi itu fondasi Indonesia emas. Jika gizinya kuat, SDM-nya kuat,” tutupnya.












