LOMBOK TENGAH, NTB – Komitmen PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) terhadap pengembangan energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sengkol di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. PLTS ini menjadi salah satu pilar utama dalam upaya PLN mendukung target nasional Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
PLTS Sengkol menjadi titik fokus saat PLN UIW NTB menggelar Media Visit dan Casual Meeting pada Kamis, 13 November 2025. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi publik dan media mengenai peran penting pembangkit ramah lingkungan dalam sistem kelistrikan Lombok.
PLTS Sengkol: Garda Terdepan Energi Bersih Lombok
Kepala PLN UIW NTB, Sri Heny Purwanti, menegaskan bahwa pengembangan energi terbarukan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dan wujud nyata komitmen perusahaan terhadap aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Kami menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sengkol di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. PLTS yang ramah lingkungan ini merupakan salah satu dari tujuh PLTS yang beroperasi di Lombok, dengan total kapasitas mencapai 7 megawatt peak (MWp),” ujar Sri Heny Purwanti saat kunjungan media di lokasi.
Menurut Heny, PLTS Sengkol memegang peranan vital dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon. Pembangkitan energi bersih ini secara langsung mendekatkan Indonesia pada ambisi besar, yaitu target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Kehadiran PLTS seperti Sengkol menjadi bukti bahwa transformasi energi di sektor kelistrikan dapat direalisasikan secara masif di daerah kepulauan.
Komposisi EBT Dominan di Jaringan PLN NTB
Data terbaru menunjukkan bahwa PLN UIW NTB telah serius menggarap potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di wilayah kerjanya. Heny menjelaskan bahwa hingga saat ini, PLN UIW NTB mengelola 19 unit pembangkit EBT dengan total kapasitas terpasang mencapai 37,604 MW.
“Komposisi EBT kami terdiri dari 56,2 persen PLTS dan 43,8 persen pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), dengan rata-rata produksi mencapai 13,61 gigawatt hour (GWh) per bulan,” jelasnya. Dominasi PLTS dalam bauran energi ini menunjukkan langkah cepat PLN dalam memanfaatkan potensi surya yang melimpah di wilayah Nusa Tenggara. Komposisi energi yang didominasi oleh PLTS dan PLTMH ini memberikan sustainability yang baik bagi sistem kelistrikan di NTB.
Perawatan Intensif Menjamin Kinerja Optimal
Di lokasi PLTS, Senior Associate PLTS Sengkol, Yadin Akhmalagani, memberikan detail teknis mengenai fasilitas pembangkit tersebut. Ia menjelaskan bahwa PLTS Sengkol terdiri dari 21.560 panel surya yang tersusun rapi dari 80 lempeng modul. Seluruh instalasi ini menempati lahan seluas 9 hektare dan telah berhasil terinterkoneksi dengan jaringan listrik PLN sejak tahun 2020.
“Daya yang dihasilkan mencapai 7 MWp dan sudah terinterkoneksi dengan jaringan listrik PLN sejak 2020,” kata Yadin.
Untuk memastikan hasil konversi energi tetap optimal, tim operasional di PLTS Sengkol melakukan perawatan intensif dan berkelanjutan setiap hari. Perawatan rutin ini menjadi kunci efisiensi pembangkitan listrik tenaga surya.
“Setiap hari kami membersihkan modul dari debu atau kotoran yang bisa menghalangi sinar matahari. Jika ada panel yang pecah, langsung kami ganti, dan kerusakannya bisa terdeteksi secara visual,” ujar Yadin. Tindakan preventif dan kuratif yang cepat ini menjamin bahwa PLTS Sengkol dapat bekerja dengan efisiensi puncak, memaksimalkan penyerapan energi surya untuk kemudian disalurkan ke masyarakat Lombok, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pembangkit berbahan bakar fosil. Komitmen ini tidak hanya mendukung kelistrikan andal, tetapi juga menjaga lingkungan tetap hijau.