BeritaBudayaDaerahEdukasi

Penuh Khidmat! Usaba Pura Meru Cakranegara 2025 Wujudkan Kebersamaan Spiritual Umat Hindu Lombok

×

Penuh Khidmat! Usaba Pura Meru Cakranegara 2025 Wujudkan Kebersamaan Spiritual Umat Hindu Lombok

Sebarkan artikel ini

Cakranegara- Upacara Usaba Pura Meru kembali digelar dengan penuh khidmat bertepatan dengan Rahine Purnamaning Kapat, Senin (06/10/2025). Kegiatan keagamaan tahunan yang dilaksanakan di Pura Meru Cakranegara ini diikuti oleh 33 pengamong sanggar dari berbagai wilayah, mengusung tema “Perkuat Kebersamaan, Persatuan, dan Spiritualitas.”

Ketua pelaksana Usaba Pura Meru 2025, Gde Agus Suana, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil keputusan paruman rapat bersama 33 pengamong sanggar dan mendapat restu dari Manggala Pura Meru Cakranegara, Anak Agung Made Jelantik Agung Barayang Wangsa, keturunan Kerajaan Cakranegara ke-IX.

 

“Upacara dimulai dengan jempana kodal, di mana para pemaksan masing-masing hadir dan menuju Pura Meru. Selanjutnya dilaksanakan prosesi pemendakan betara tirta, dari Pura Meru mepehed ke pura pemaksan Banjar Pande. Esok harinya, pada hari utama Usaba, betara masing-masing pengamong sanggar mundut jempana menuju Pura Klepug untuk melaksanakan mesucian. Setelah itu dilakukan piodalan/pujawali di Pura Klepug, sebelum puncak upacara Usaba sore harinya di Pura Meru,” jelas Anak Agung Made Jelantik Agung Barayang Wangsa.

 

Selain kegiatan keagamaan, Usaba Pura Meru tahun ini juga dirangkaikan dengan pagelaran seni dan gending-gending Bali yang menampilkan para penyanyi juara BRTV di panggung kesenian. Suasana semakin meriah dengan penampilan sekehe gong Ibu STI Taman Mayura sebanyak 3 grup berjumlah 90 orang, serta penari Rejang Dewa, Canang Sari, dan Baris Gede yang dikolaborasikan dengan komunitas seni dan ibu-ibu dari STI Taman Mayura bersama Ibu Whdi.

Acara Usaba turut dihadiri oleh Kabid Bimas Hindu Provinsi NTB, perwakilan Majelis Agung Windu Sesukarning Jagad Lombok, Aliansi Pemuda Hindu Lombok, para anggota dewan Hindu, Ketua Krama Pura Karang Jangkong, Jagad Nata Mayure, serta tokoh-tokoh agama, masyarakat, dan komunitas seni setempat.

Sebagai simbol memperkuat kebersamaan dan persatuan, kegiatan dilanjutkan dengan “Boga Asematra Megibung” yang diikuti oleh sekitar 100 sele selama dua hari penuh.

Setelah upacara puncak Usaba, keesokan harinya dilaksanakan prosesi Pengelukar (mepurwa daksine tiga kali di utama mandala dan tiga kali di prapatan agung*). Prosesi ini diakhiri dengan jempana mewali menuju prahayangan masing-masing pemaksan dari 33 pengamong sanggar sebagai tanda penutup.

Sebagai penutup rangkaian acara, dilaksanakan Pengelemekan dan Nganyud Kebon Odek, serta pembongkaran banten oleh masing-masing pengamong sanggar sebagai bentuk matur suksma (ucapan terima kasih) atas kelancaran Usaba Pura Meru.

Sejarah mencatat, tradisi Usaba Pura Meru telah dilaksanakan sejak masa berdirinya Kerajaan Karangasem yang membangun Pura Meru sebagai lambang persatuan umat Hindu di Pulau Lombok. Hingga kini, tradisi sakral ini tetap dilestarikan sebagai wujud nyata kebersamaan dan spiritualitas umat Hindu di Cakranegara.