MATARAM, NTB – Kepemimpinan sejati tidak diukur dari seberapa tinggi jabatan yang diemban, melainkan dari seberapa dekat seorang pemimpin dengan pasukannya ( Dansat Brimob Polda NTB Kombes Pol Dwi Yanto Nugroho,S.I.K, M.Han ) . Inilah filosofi yang dipegang teguh oleh Komandan Batalyon (Danyon) A Pelopor Brimob Polda NTB, Kompol Supriyono, S.Adm. Dalam pandangan mendalamnya, ia menegaskan bahwa seorang Pemimpin / Komandan harus menjadi teladan, cahaya semangat, dan penjaga kehormatan satuan, dan hadir di tengah-tengah anggota.
Filosofi ini mencerminkan esensi dari tugas-tugas Brimob, yang menuntut kekompakan dan dedikasi tinggi , serta loyalitas , Kompol Supriyono meyakini bahwa loyalitas dan semangat juang yang tak pernah padam hanya dapat tumbuh dari hubungan yang kuat antara pimpinan dan anggota.
Komandan yang Menyatu dengan Pasukan
Dalam sebuah pernyataannya, Kompol Supriyono menyampaikan pandangan yang menginspirasi. “Komandan bukan hanya berdiri di depan, tapi hadir di tengah pasukan,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa seorang pemimpin sejati tidak hanya memberikan perintah dari kejauhan. Sebaliknya, ia harus turun langsung, merasakan setiap tantangan, dan menyatu dalam semangat Pelopor.
Bagi Kompol Supriyono, kehadiran seorang Komandan di tengah-tengah pasukan adalah bentuk nyata dari soliditas , solidaritas serta dukungan moril . Ia harus menjadi teladan keberanian, yang tidak gentar menghadapi risiko dan selalu siap sedia memimpin di garis depan. Kehadiran ini juga berfungsi sebagai cahaya semangat yang mengobarkan motivasi para personel, terutama di saat-saat sulit. “Batalyon A Pelopor adalah rumah kita, disinilah lahir kebanggaan: bangga pada satuan, bangga pada komandan, dan bangga pada tugas pengabdian,” tambahnya.
Pandangan ini menciptakan ikatan emosional yang kuat. Ketika anggota merasa menjadi bagian dari keluarga besar, rasa bangga terhadap satuan, pimpinan, dan tugas akan tumbuh secara alami. Lingkungan kerja yang penuh dengan rasa kekeluargaan ini adalah fondasi yang kokoh untuk membangun loyalitas tanpa batas dan semangat yang abadi.
Jiwa Pengabdian yang Tertanam dalam Diri
Lebih dari sekadar slogan, Kompol Supriyono juga menyoroti makna pengabdian yang tertanam dalam setiap atribut yang melekat pada seorang anggota Brimob. Ia menyebutkan, “Di balik kopel (tali pengikat), sarung senjata yang siap, pistol dan peluru yang terjaga – tertanam jiwa pengabdian.”
Setiap detail dari seragam dan perlengkapan Brimob memiliki makna yang mendalam. Kopel yang mengikat, sarung senjata yang selalu siaga, serta pistol dan peluru yang terjaga, bukanlah sekadar aksesori. Semua itu adalah simbol dari kesiapan dan kesetiaan untuk mengabdi.
“Sebab kami dilahirkan untuk melindungi, kami dibesarkan untuk mengayomi, dan kami dipimpin untuk siap melayani rakyat , mengabdi kepada bangsa dan negara dengan penuh kecintaan dan rasa bangga ,” tegasnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi tiga pilar utama pengabdian Brimob: melindungi, mengayomi, dan melayani dengan Motto Jiwa ragaku dwmi kemanusiaan . Melindungi bukan hanya dari ancaman kriminal, tetapi juga dari bencana dan segala bentuk bahaya. Mengayomi adalah memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat , Melayani : memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai tupoksi Batalton A Pelopor Sementara kesetiaan pada bangsa dan negara adalah prinsip fundamental yang tidak bisa diganggu gugat.
Filosofi kepemimpinan Kompol Supriyono ini menjadi panduan bagi seluruh personel Batalyon A Pelopor Brimob Polda NTB.Dengan Harapan terwujudnya Batalyon A Pelopor yang TANGGUH ( Tanggap , Unggul dan Hebat ) , Kompi Berprestasi.
Pendekatan yang mengedepankan kehadiran, teladan, dan pengabdian, ia membangun tim yang tidak hanya profesional dan terampil, tetapi juga memiliki hati yang kuat dan loyalitas yang teguh. Mereka tidak hanya menjalankan tugas, tetapi mengabdikan hidup mereka untuk menjaga kehormatan satuan dan melayani masyarakat dengan sepenuh hati , dilandasi rasa ikhlas , welas asih ( kasih sayang ) kepada semua ciptaan Tuhan