BeritaEdukasiGaya HidupHiburanWisata

Pantai Duduk Berubah “Klub Malam 24 Jam,” Warga Batu Layar Jerit Minta Ketentraman Dikembalikan!

×

Pantai Duduk Berubah “Klub Malam 24 Jam,” Warga Batu Layar Jerit Minta Ketentraman Dikembalikan!

Sebarkan artikel ini

LOMBOK BARAT – Wilayah perbukitan Dusun Duduk, Batu Layar, yang dulunya dikenal asri dan tenang, kini berubah menjadi medan kebisingan tak berkesudahan. Kehidupan sehari-hari puluhan keluarga yang mendiami puncak-puncak bukit tersebut terusik oleh suara musik keras yang datang tanpa henti dari warung-warung di sepanjang pantai. Fenomena ini telah berlangsung lama dan semakin memburuk, membuat warga merasa terabaikan dan ketenangan mereka direnggut paksa.

Hampir setiap hari, dentuman suara musik menggelegar dengan volume yang sangat tinggi, dimulai dari pagi hari hingga larut malam. Suara bising ini, yang mestinya hanya terdengar di area hiburan, justru merambat masuk ke dalam rumah-rumah warga. Akibatnya, waktu istirahat terganggu, konsentrasi pekerjaan hancur. Kondisi ini membuat warga merasa seperti tinggal di samping klub malam terbuka 24 jam, tanpa ada jeda dari kebisingan.

Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan kekecewaannya. “Saya pindah ke sini untuk menikmati alam dan ketenangan,” ujarnya dengan nada penuh harap yang kini berubah jadi keputusasaan. “Tapi Pantai Duduk sekarang seperti klub malam terbuka 24 jam. Benar-benar kacau.” Ungkapan ini menggambarkan betapa parahnya dampak kebisingan terhadap kualitas hidup mereka, yang semula mencari ketenangan di pinggir pantai.

Kondisi ini tidak hanya mengganggu secara fisik, tetapi juga memicu tekanan mental bagi warga. Anak-anak kesulitan belajar, lansia sulit beristirahat, dan aktivitas sehari-hari menjadi terhambat. Ketentraman yang menjadi daya tarik utama Dusun Duduk kini hanya tinggal kenangan, digantikan oleh polusi suara yang merajalela.

Yang lebih memprihatinkan adalah respons minim dari pihak berwenang. Meskipun sudah ada banyak pengaduan resmi  termasuk petisi yang telah ditandatangani oleh puluhan warga yang disampaikan kepada berbagai instansi, mulai dari Kepala Desa, Kepala Dusun, Camat, Polsek, Polres, hingga Satpol PP, kegiatan ini tetap berlanjut tanpa hambatan berarti. Warga merasa seperti membuang energi percuma karena laporan mereka tak membuahkan hasil signifikan.

Petugas memang sudah beberapa kali datang ke lokasi dan berbicara langsung dengan para pemilik warung. Namun, peringatan mereka seolah angin lalu. Bahkan, beberapa warung justru terlihat menambah jumlah speaker mereka.

Kawasan pantai yang seharusnya menjadi area wisata yang tertib dan nyaman, kini terancam berubah menjadi zona hiburan liar.

Warga Dusun Duduk menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak menolak pariwisata atau keberadaan usaha lokal. Mereka memahami bahwa pariwisata adalah penggerak ekonomi. Namun, mereka juga menekankan bahwa harus ada batasan yang jelas dan rasa saling menghormati antara pelaku usaha dan masyarakat. Pariwisata yang berkelanjutan adalah pariwisata yang membawa manfaat bagi semua pihak, tanpa mengorbankan kualitas hidup penduduk setempat.