BeritaEdukasiGaya HidupHukum & Kriminal

Ketua GMP RI NTB: Peredaran Narkoba Lebih Ganas dari Nuklir

×

Ketua GMP RI NTB: Peredaran Narkoba Lebih Ganas dari Nuklir

Sebarkan artikel ini

LOMBOK – Ketua Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMP RI) Nusa Tenggara Barat, Rindawanto, menyampaikan pandangan kritis dan mendalam tentang peran pemuda dalam memutus mata rantai peredaran narkoba.

Dalam pernyataannya, ia menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi masyarakat yang ingin turut aktif memberantas narkoba, serta kuatnya dugaan keterlibatan oknum aparat penegak hukum (APH) dalam jaringan narkotika.

“Saya pribadi sangat mengutuk dan mengecam peredaran serta penyalahgunaan narkoba. Ini adalah persoalan nasional yang sangat serius karena merusak moral bangsa. Pemerintah memang memberi perhatian, tapi yang tidak kalah penting adalah peran aktif masyarakat,” tegas Rindawanto.

Namun menurutnya, masyarakat sering kali ragu dan takut untuk terlibat karena minimnya perlindungan hukum. “Meski niatnya baik, banyak masyarakat khawatir karena tidak adanya jaminan hukum serta kurangnya sosialisasi dari pemerintah maupun aparat. Ini membuat peran serta masyarakat dalam pemberantasan narkoba jadi mandek,” tambahnya.

Rindawanto bahkan menyebut narkoba sebagai musuh negara yang lebih ganas dari senjata pemusnah massal.

“Narkoba ini lebih berbahaya dari nuklir. Kalau korupsi menghancurkan sistem, narkoba menghancurkan generasi.”

Ia juga menyinggung banyaknya keterlibatan oknum dalam peredaran barang haram ini. “Banyak oknum APH yang terlibat, jadi sangat sulit untuk dimusnahkan jika pemerintah tidak benar-benar serius dan efektif dalam penanganan.”

Rindawanto menilai bahwa peredaran narkoba sudah melibatkan jaringan besar dan elit, sehingga banyak penangkapan hanya menyentuh “pecandu kelas teri”.

“Penangkapan yang terjadi hanya menyasar pemakai kecil. Kalau kita mau serius, harusnya yang ditangkap itu bandar dan jaringan besar.”

Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kondisi di daerah-daerah, termasuk di kampung halamannya, di Lombok Tengah. Anak-anak usia SMP disebutnya sudah mulai terjerumus dalam lingkaran narkoba.

“Ini sangat mengerikan. Anak-anak usia belasan tahun sudah terjerat narkoba. Di tempat saya, seperti di Beleka dan Lekor, itu sudah terjadi. Kalau dibiarkan, generasi kita akan rusak.”

Sebagai solusi, Rindawanto mengusulkan pembentukan lembaga independen yang berfokus pada pencegahan narkoba, dengan melibatkan pemuda dan masyarakat.

“Kita perlu lembaga yang berdiri mandiri, bekerja di akar rumput, yang benar-benar aktif melakukan pencegahan dan edukasi soal bahaya narkoba. Pemuda harus jadi garda depan.”

Terakhir, Rindawanto menyerukan kepada pemerintah, khususnya kepada Presiden dan institusi terkait, agar tidak hanya fokus pada pencitraan pemberantasan narkoba, tapi juga menata ulang strategi dari hulu ke hilir.

“Kalau Presiden Prabowo memang serius, maka harus ada gebrakan nyata. Jangan hanya menangkap pecandu. Tangkap bandarnya, bersihkan aparat yang terlibat, dan lindungi masyarakat yang ingin membantu.”

Rindawanto menutup pernyataannya dengan harapan agar pemuda Indonesia tidak menjadi korban, melainkan menjadi aktor utama dalam menyelamatkan generasi dari kehancuran akibat narkoba.