Lombok Timur — Pemprov NTB bersama Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), steakholder lainnya termasuk melibatkan swasta serta menggelar Pelatihan Rinjani Rescue Vertical Evacuation yang dimulai 16-20 Juli 2025 yang diperuntukkan bagi guide, porter dan komunitas pendaki.
Gubernur NTB Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal mengingatkan betapa pentingnya standar pelayanan, pengamanan dan penyelamatan.
Orang nomor satu di NTB ini berharap ke depannnya pasukan Rinjani Rescue Vertical Evacuation (RRVE) ini akan memiliki lisensi sebagai tim penyelamat apabila terjadi hal-hal yang bersifat darurat dikawasan pendakian Gunung Rinjani.
Ia yang pernah Juru Bicara Kementerian Luar Negeri ini menilai lisensi ini akan memberikan dampak besar pada pandangan dunia internasional, sehingga para pendaki dan maupun wisatawan dari diluar negeri mengetahui bahwa NTB sudah tersertifikasi.
“Kami kemarin masih punya masalah dengan kapasitas, namun hari ini kami sudah tersertifikasi secara internasional. Ini membuktikan keseriusan kita untuk memperbaiki tata kelola di Gunung Rinjani,” ungkap Miq Iqbal sapaan Gubernur NTB ini.
Miq Iqbal tak lupa mengingatkan, kolaborasi dengan seluruh pihak menjadi penting untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan pendaki di Gunung Rinjani. Hal ini juga sejalan dengan rencana pemasangan signage (sistem tanda visual atau rambu-rambu) disepanjang trek pendakian sampai ke puncak.
Ia meyakini dengan dukungan dari salah satu brand Indonesia Consina, yang akan memasang signage disepanjang trek pendakian sampai ke puncak, yang selama ini tidak ada, akan pasang,” terangnya dihadapan Bupati Lombok Timur, Pj. Sekda NTB, Ketua Tim Penggerak PKK NTB dan sejumlah Kepala OPD lingkup Prov NTB seperti Kadis Kominfotik, H. Yusron Hadi, para Asisten, Kadis Ketahanan Pangan, Kepala BPSDM, Kepala BKD NTB dan Kadis Kelautan Perikanan NTB.
Gubernur NTB juga menilai pentingnya menyiapkan fasilitas dan peralatan evakuasi berstandar internasional yang akan diletakkan dilokasi yang tidak jauh dari zona rawan pendakian.
“Sehingga hal ini memungkinkan setiap tim penyelamat atau siapapun yang telah memiliki lisensi dibidang vertical rescue dapat memanfaatkan fasilitas itu untuk mendukung misi kedaruratan,” tukasnya.
Menurut hemat Gubernur, jika terjadi situasi seperti kejadian sebelumnya akan lebih mudah menurunkannya ke lokasi, ke dead zone-dead zone yang ada disekitar Rinjani.
Harapannya ke depan penyelenggaraan pembukaan pendakian sudah jauh lebih baik. Termasuk pengelolaan sampah, asuransi dan sebagainya akan di tata ulang.
Bagi Pemprov NTB kata Gubernur juga telah menyiapkan langkah-langkah pembenahan untuk mengatasi persoalan sampah, asuransi dan sebagainya.
Gubernur NTB juga mempertegas bahwa jika tidak ada satupun program tata kelola kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini menggunakan biaya dari pemerintah, melainkan gotong royong dari seluruh pihak swasta serta pemangku kebijakan.
Federasi Vertical Rescue Rinjani, Agam Rinjani berharap agar jumlah peserta pelatihan rescue vertical dapat terus bertambah di masa mendatang.
Alasannya, seiring dengan peran vital para porter dan guide dalam mendampingi para pendaki serta menjadi pihak pertama yang menghadapi insiden di jalur pendakian Gunung Rinjani.
Dikatakan Agam, porter dan guide memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keselamatan pendaki. Karenanya peningkatan kapasitas melalui pelatihan penyelamatan vertikal sangat penting untuk memperkuat kesiapsiagaan dan kemampuan mereka dalam menghadapi situasi darurat di medan yang berat dan berisiko. (her dan Tim)