BeritaBudayaDaerahEdukasi

Vihara Diraya Manggala Diresmikan: Simbol Inklusivitas dari Jantung Polres Lombok Utara

×

Vihara Diraya Manggala Diresmikan: Simbol Inklusivitas dari Jantung Polres Lombok Utara

Sebarkan artikel ini

Lombok Utara — Kepala Kepolisian Resor Lombok Utara, Polda NTB AKBP Agus Purwanta, S.I.K., meresmikan Vihara Diraya Manggala pada Selasa, ( 8/7 ). Peresmian rumah ibadah umat Buddha yang dibangun di lingkungan Mapolres ini menjadi penanda kuat hadirnya komitmen inklusivitas dari lembaga penegak hukum di daerah.

Dibangun sejak 3 Agustus 2024, vihara ini tak hanya menjadi tempat ibadah bagi anggota Polri yang beragama Buddha, tetapi juga terbuka bagi masyarakat umum, terutama umat Buddha yang berdomisili di sekitar Mapolres Lombok Utara.

Pembangunan fasilitas ibadah ini melengkapi infrastruktur spiritual bagi lima agama yang diakui di Indonesia, menjadikan Polres Lombok Utara sebagai satu-satunya institusi kepolisian di jajaran Polda Nusa Tenggara Barat yang memiliki fasilitas ibadah terlengkap dan paling inklusif.

“Sebelum ini, kegiatan binrohtal untuk anggota yang beragama Buddha hanya dilakukan di ruang Vicon. Itu bukan tempat ibadah yang semestinya. Saya ingin setiap anggota, apapun agamanya, dapat beribadah dengan nyaman dan layak, karena ibadah adalah kebutuhan dasar manusia,” ujar Kapolres Agus usai pemotongan pita sebagai simbol peresmian.

Menurut Kapolres, kehadiran vihara ini menjadi simbol tanggung jawab moral institusi kepolisian terhadap pemenuhan hak-hak spiritual personel dan masyarakat. Ia pun mengutip pepatah Jawa kuno: “Mulat sarira hangrasa wani, rumangsa melu handarbeni, wajib melu angrungkebi.” Sebuah refleksi, menurutnya, bahwa setiap elemen bangsa wajib merasa ikut memiliki dan merawat apa yang telah dipercayakan, termasuk keberagaman yang hidup di tengah masyarakat Lombok Utara.

Pembangunan Vihara Diraya Manggala menelan anggaran sebesar Rp500 juta, seluruhnya bersumber dari sumbangan sukarela internal Polres dan masyarakat. Proses pembangunannya berlangsung selama hampir satu tahun dengan semangat gotong royong tanpa membedakan latar belakang kepercayaan.

“Semua bahu membahu. Alhamdulillah, sekarang sudah selesai dan bisa digunakan untuk ibadah rutin. Ke depan, pembinaan rohani lintas instansi melibatkan ASN Pemda dan masyarakat akan rutin dilaksanakan setiap pekan.” kata Kapolres.

Peresmian ini dihadiri sejumlah tokoh penting, seperti Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Lombok Utara, Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Ketua Magabudhi, Ketua Permabudi, Pembimas Buddha Propinsi NTB, serta Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara Ny. Heny Agus Purwanta. Hadir pula para personel Polres, pengurus Bhayangkari, serta umat Buddha dan Mahasiswa.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, menyampaikan rasa syukurnya dapat menyaksikan langsung antusiasme umat Buddha dalam ibadah perdana di vihara tersebut.

Toleransi di Lombok Utara bukan hanya slogan. Saya menyaksikan langsung bagaimana para anggota Polri dari berbagai agama bersama-sama membantu proses pembangunan vihara ini. Mereka hadir bukan karena perintah, tapi karena kesadaran,” ujarnya.

Menurutnya, keberagaman di Lombok Utara telah menjadi keseharian yang meneduhkan dan penuh kasih. Ia juga menegaskan bahwa umat Buddha di Lombok Utara adalah bagian utuh dari masyarakat setempat, bukan etnis luar, dan diberikan ruang sepenuhnya untuk menjalankan keyakinannya.

Polres Lombok Utara adalah simbol nyata toleransi. Lima agama memiliki tempat ibadah yang nyaman dan lengkap di sini. Ini belum pernah saya temui di tempat dinas manapun,” ujarnya.

Ketua Magabudhi Lombok Utara, Putradi, mengapresiasi tinggi komitmen Kapolres Lombok Utara dalam membangun toleransi yang hidup. Menurutnya, kehadiran vihara ini memberi dampak besar terhadap pembinaan spiritual umat Buddha, baik dari kalangan Polri, masyarakat binaan, hingga masyarakat umum.

“Ini bukan hanya soal tempat ibadah, tapi simbol pengakuan bahwa umat Buddha diperlakukan setara dengan umat lainnya. Ini adalah implementasi nyata dari Tri Kerukunan Beragama: membina kerukunan internal, antarumat, dan antara umat dengan pemerintah,” tegasnya.

Putradi juga menyampaikan harapannya agar kolaborasi lintas iman antara umat Buddha dan aparat kepolisian dapat terus diperkuat demi menjaga kedamaian dan toleransi di Lombok Utara.

“Kami sangat merasakan komitmen Pak Kapolres. Bahkan, Ibu Ketua Bhayangkari juga menyampaikan dukungannya terhadap pembangunan toleransi, pemberdayaan UMKM, dan penguatan kehidupan sosial keagamaan. Solidaritas ini patut diteladani,” pungkasnya.

Vihara Diraya Manggala bukan sekadar bangunan ibadah, melainkan tonggak toleransi di jantung institusi negara, yang kini makin tegas merangkul keberagaman.