Lombok Barat, NTB – Inovasi dalam dunia pendidikan vokasi kembali menorehkan prestasi gemilang. Teaching Factory budidaya udang Vaname yang dikembangkan oleh SMKN 1 Lembar menunjukkan peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan total panen mencapai 3,3 ton. Keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi aktif antara pihak sekolah dengan perusahaan industri, sebuah model yang patut dicontoh dalam pengembangan pendidikan kejuruan di Indonesia.
Inovasi Pendidikan Vokasi: Dari Pembelajaran Menuju Produksi Skala Industri
Budidaya udang Vaname di SMKN 1 Lembar telah menjadi salah satu program unggulan yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga praktik langsung dengan standar industri. Konsep Teaching Factory memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam seluruh proses budidaya, mulai dari persiapan tambak, penebaran benih, pemantauan kualitas air, hingga panen dan pasca-panen. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam menyiapkan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidang perikanan.
Ahmad Quroni M.Pd., Kepala SMKN 1 Lembar, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian ini. “Panen udang Vaname pada 5 Juni lalu berhasil mencapai 2,1 ton, dan setelah ditambah dengan tiga kali panen parsial sebelumnya, total kumulatif hasil panen kami mencapai 3,3 ton udang Vaname,” terangnya saat ditemui di lokasi Teaching Factory udang Vaname pada Selasa (17/5). Angka ini menunjukkan potensi besar Teaching Factory sebagai pusat pembelajaran sekaligus unit produksi yang produktif.
Optimalisasi Penebaran dan Pengelolaan Air: Kunci Sukses Panen Melimpah
Pencapaian 3,3 ton udang Vaname ini diperoleh dari penebaran benih sebanyak 250 ribu hingga 300 ribu ekor. Meskipun padat tebar benih cukup tinggi, keberhasilan panen yang melimpah ini membuktikan efektivitas metode budidaya yang diterapkan. Saat ini, Teaching Factory tersebut telah memasuki siklus ketiga sejak budidaya udang Vaname dimulai pada Mei 2024, dan siklus keempat direncanakan akan dimulai pada bulan Juli mendatang.
Pentingnya pengelolaan air yang optimal menjadi fokus utama dalam budidaya ini. “Anak-anak terus belajar bagaimana mengembangkan budidaya udang Vaname skala industri sekolah atau Teaching Factory,” jelas Quroni. Ia menambahkan, “Dari masing-masing siklus kami pelajari padat tebaran benih, baik itu padat tebar ringan, sedang, dan tinggi. Setelah belajar dari tiga siklus itu, baru kita tahu yang paling cocok dan pas dengan kondisi air, sarana kita yang sederhana. Dan anak-anak bisa belajar di titik mana yang pasnya.”
Kualitas air memegang peranan krusial. Quroni menegaskan bahwa tingkat kemurnian air harus tetap terjaga pada level 70 hingga 80. Ini adalah parameter kunci yang senantiasa dijaga untuk memastikan pertumbuhan udang yang optimal dan mencegah penyakit.
Kualitas Udang Terjamin, Permintaan Pasar Tinggi
Udang Vaname hasil budidaya SMKN 1 Lembar dikenal memiliki kualitas yang sangat baik di mata konsumen. Hal ini membuat seluruh hasil panen terserap dengan cepat di pasar. “Tidak perlu menunggu waktu, bahkan ada beberapa pembeli (buyer) yang langsung datang ke sini,” tutur Quroni. Ia juga menambahkan bahwa hasil panen yang dijual di pasar lokal disambut antusias oleh konsumen berkat harga yang terjangkau dan kualitas yang prima.
Dari sisi bisnis, budidaya udang Vaname ini sangat menguntungkan. Selain menjadi model pembelajaran yang efektif bagi siswa Jurusan Agribisnis Perikanan Air Laut, hasil penjualan udang juga dapat membantu operasional sekolah, khususnya untuk jurusan terkait.
Tantangan dan Inovasi Masa Depan: Pakan Mandiri dan Pengolahan Pasca-Panen
Meskipun sukses, SMKN 1 Lembar masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal pakan. Saat ini, mereka masih bergantung pada pakan industri. Ke depan, Ahmad Quroni berupaya untuk mengembangkan produksi pakan mandiri sebagai alternatif pakan industri. Ini adalah langkah strategis untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan kemandirian Teaching Factory.
Tidak hanya berhenti pada budidaya dan penjualan, pihak sekolah juga berencana untuk mengembangkan sektor pasca-panen. Udang Vaname memiliki nilai jual yang tinggi, terutama jika diolah lebih lanjut. “Itu yang kita kejar, selama ini kita besarkan, panen lalu jual, tidak ada proses pasca panen,” ungkap Quroni. Ia berharap, ke depan, SMKN 1 Lembar dapat menghasilkan produk olahan udang seperti udang krispi, kerupuk udang, bakso udang, dan produk turunan lainnya. Pengembangan ini tidak hanya akan meningkatkan nilai jual udang, tetapi juga membuka peluang pembelajaran baru bagi siswa dalam bidang pengolahan hasil perikanan.
Keberhasilan SMKN 1 Lembar dalam mengembangkan Teaching Factory budidaya udang Vaname ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pendidikan dan industri dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi ekonomi lokal. Model ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah kejuruan lainnya untuk terus berinovasi dan menghasilkan lulusan yang kompeten serta siap menghadapi tantangan dunia kerja.