BeritaDaerahEdukasiEkonomi

Dorong Ekonomi Lokal, Ketua Bhayangkari Lombok Utara Optimis Kakao Senara Mendunia”

×

Dorong Ekonomi Lokal, Ketua Bhayangkari Lombok Utara Optimis Kakao Senara Mendunia”

Sebarkan artikel ini

LOMBOK UTARA — Di tengah stagnasi harga komoditas dan minimnya akses pasar petani desa, Kampung Coklat Senara di Desa Genggelang, Lombok Utara, justru menunjukkan arah baru transformasi ekonomi berbasis literasi dan sinergi antar-lembaga. Hal ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penguatan Literasi Inklusif dan Rantai Pasok Komoditas Kakao”, yang digagas oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusarsip) Lombok Utara bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Pada Swnin ( 2/6 )

Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, yang hadir sebagai narasumber utama, menyampaikan apresiasinya terhadap potensi luar biasa yang dimiliki oleh komunitas petani coklat di Kampung Senara. Dalam pernyataan lugasnya, Heny menilai bahwa potensi itu belum dikelola secara maksimal.

“Di Kampung Senara ini, sekitar 90 petani mengelola lebih dari 100 hektare lahan kakao. Namun, lebih dari 90 persen produksinya masih dijual dalam bentuk buah mentah. Hanya 3 sampai 4 persen yang diolah menjadi produk siap konsumsi. Ini adalah tantangan sekaligus peluang besar,” tegasnya.

Menurut Heny, penguatan literasi inklusif harus diarahkan pada upaya peningkatan kapasitas petani, tidak hanya dalam aspek produksi, tapi juga dalam hal pengolahan, pengemasan, perizinan, hingga strategi pemasaran.

“Kami melihat secara langsung kualitas produk olahan dari Senara. Dari segi rasa sudah kompetitif, namun dari sisi kemasan dan legalitas masih tertinggal. Banyak produk belum memiliki sertifikasi BPOM, label halal, masa kedaluwarsa, maupun SNI. Ini yang perlu kita benahi bersama,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Heny memastikan bahwa Bhayangkari siap menjadi motor promosi produk lokal. Ia menyatakan komitmen untuk membawa salah satu produk olahan coklat Kampung Senara ke ajang Bazar Nusantara oleh Bhayangkari se-Indonesia pada 23 Juli mendatang.

“Kami tidak hanya hadir sebagai mitra sosial, tapi juga menjadi jembatan pemasaran. Ini bagian dari strategi Bhayangkari untuk mengangkat UMKM berbasis desa ke level nasional,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dispusarsip Lombok Utara, Ir. Mochammad Wahyu Dharmawan, menegaskan bahwa literasi yang diusung pihaknya adalah literasi implementatif—yakni literasi yang tidak berhenti pada kegiatan membaca, tetapi memberi dampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

“Perpustakaan bukan hanya tempat buku. Ia harus menjadi pusat pemberdayaan desa. Di Kampung Senara, kami menjadikan literasi sebagai pintu masuk untuk mengadvokasi perubahan: dari petani menjadi produsen, dari penghasil bahan mentah menjadi pelaku ekonomi kreatif,” jelas Wahyu.

Ia menyebut bahwa program literasi berbasis inklusi sosial yang dikembangkan Dispusarsip kini diarahkan ke desa-desa dengan potensi ekonomi dan wisata.

“Kampung Senara menjadi role model. Ke depan, program ini akan kami replikasi ke desa-desa strategis lain. Literasi adalah kendaraan untuk transformasi sosial dan ekonomi,” ujarnya.

Dalam konteks ini, Wahyu juga menekankan pentingnya kolaborasi multisektor sebagai elemen utama dalam penguatan ekosistem usaha petani coklat.

“Kami telah menggandeng Disperindag untuk memperkuat sisi perizinan dan pemasaran, dan akan memperluas kerja sama dengan pertanian/”>Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata. Transformasi tidak bisa berjalan sektoral. Ia butuh orkestrasi lintas institusi,” tandasnya.