Lombok Barat – Upaya Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk memperbarui data kependudukan, khususnya di kawasan perumahan, masih menghadapi tantangan. Meskipun telah melakukan berbagai sosialisasi dan layanan jemput bola, tingkat antusiasme warga perumahan untuk melakukan migrasi data kependudukan ke Lombok Barat masih terbilang rendah. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Lombok Barat, H. Saepul Akhkam.
H. Saepul Akhkam menyampaikan keprihatinannya usai kegiatan jemput bola di Perumahan Lingkar Muslim, Desa Bajur, dan Sudak Palace, Desa Terong Tawah, Ahad (25/5/2025). “Masyarakat di dua perumahan ini memang kurang antusias menjadi penduduk tetap. Padahal kita sudah sosialisasi jauh-jauh hari, tapi yang datang sangat sedikit,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Jangkauan Luas, Respon Minim
Tim Dukcapil Lombok Barat telah menyasar ratusan Kepala Keluarga di dua perumahan tersebut selama dua malam berturut-turut. Namun, hasilnya jauh dari harapan. “Selama dua malam kami turun, hanya sedikit yang datang dan sadar ingin pindah. Ratusan rumah lainnya tidak. Mungkin saja sudah ber-KTP Lombok Barat, tapi mungkin juga tidak dan tidak tertarik menjadi penduduk Lombok Barat,” terang mantan Kepala Dinas Arpusda dan Dinas Pariwisata itu. Kurang dari lima puluh Kepala Keluarga yang tercatat mendatangi layanan jemput bola ini.
Berbagai Upaya Sosialisasi Telah Dilakukan
Menanggapi minimnya partisipasi, Kepala Desa Bajur, Ahmad Husni, menjelaskan bahwa pihaknya, bersama Desa Terong Tawah, telah mengerahkan seluruh perangkat desa, termasuk Kepala Dusun dan Ketua RT, untuk menginformasikan dan menghimbau warga non-KTP Lombok Barat agar bersedia dilayani. “Para Ketua RT mengumumkan pelayanan ini jauh-jauh hari. Bahkan setiap selesai ibadah shalat diumumkan melalui toa masjid,” terang Ahmad Husni.
Senada dengan itu, salah seorang Ketua RT di Perumahan Lingkar Muslim, Saiful Bahri, juga mengungkapkan upayanya. “Kami sudah berusaha, tapi memang banyak warga yang pulang kampung,” jelas Saiful Bahri. Hal ini menunjukkan bahwa faktor mobilitas penduduk perumahan, yang kerap pulang ke kampung halaman, bisa menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi.
Potret Kawasan Perumahan dan Urgensi Data Kependudukan
Berdasarkan data Kepala Desa Bajur, Perumahan Lingkar Muslim saja memiliki paling sedikit tiga ratus lima puluh rumah dengan tingkat keterisian lebih dari delapan puluh lima persen. Perumahan ini, yang berada persis di sisi ruas jalan rusak yang sempat viral, memang cukup padat. Di sekitarnya juga banyak perumahan lama dan beberapa yang baru dibangun dalam lima tahun terakhir.
labuapi/”>Camat Labuapi, Lalu Rifhandani, menjelaskan bahwa perumahan-perumahan ini banyak dihuni oleh para pegawai negeri dan swasta, serta wiraswasta yang berasal dari berbagai wilayah, tidak hanya di Nusa Tenggara Barat, bahkan dari luar daerah. Sayangnya, banyak pengembang yang tidak memberikan data lengkap mengenai unit yang terisi dan asal-usul pemilik rumah. “Bagi developer yang penting rumah laku. Tidak peduli siapa yang beli. Harapan saya ke depan agar pihak developer juga bisa membantu informasi dan data pemilik rumah agar sinkron dengan seluruh program pemerintah,” harap Dani.
Dampak Data Kependudukan Terhadap Pembangunan dan Kebijakan
Dani menegaskan bahwa data kependudukan yang akurat sangat krusial dan akan memengaruhi berbagai kebijakan pemerintah dalam seluruh aspek pembangunan. “Data kependudukan yang ada akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam seluruh pembangunan. Tidak hanya untuk urusan ketentraman, ketertiban, dan penanggulangan masalah lingkungan dan sosial, bahkan untuk persoalan politik elektoral,” paparnya.
Lebih lanjut, Dani menyoroti dampak pada ranah politik. “Di setiap Pilkades sampai Pilkada, komplek perumahan selalu menjadi perhatian. Mau milih atau tidak. Mau milih di komplek atau pulang ke tempat asal. Padahal dengan banyaknya perumahan di Kecamatan Labuapi, sangat mungkin akan berpengaruh terhadap jumlah kursi di dapil dan di DPRD. Jadi kegiatan pendataan dan migrasi penduduk yang diselenggarakan Dukcapil berimbas banyak,” jelas Dani.
Dani berharap pada kegiatan jemput bola di perumahan lainnya, partisipasi warga dapat meningkat signifikan agar mereka bersedia menjadi penduduk permanen Lombok Barat. “Kalau sudah pasti punya rumah di situ, tidak ada masalah jika pindah ber-KTP tetap di sana. Dukcapil sudah siap membantu,” pungkas Dani, menggarisbawahi komitmen Dukcapil untuk memfasilitasi proses migrasi data kependudukan.
Bagaimana menurut Anda, apakah ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam upaya meningkatkan kesadaran migrasi data kependudukan ini?