BeritaBisnisEkonomiNasional

Analisis Ekonom: Rupiah Pulih, Pertanda Positif Ekonomi Indonesia

×

Analisis Ekonom: Rupiah Pulih, Pertanda Positif Ekonomi Indonesia

Sebarkan artikel ini
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST014 di Semarang, Jawa Tengah, Senin (14/4/2025). Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2025 tercatat sebesar 157,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meningkat dibandingkan posisi pada akhir Februari 2025 sebesar 154,5 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

Jakarta – Nilai tukar rupiah menunjukkan pemulihan signifikan dengan menguat ke level Rp16.400 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat melemah ke Rp16.800. Penguatan ini mencerminkan kembali stabilnya mata uang nasional pada level fundamental sekaligus menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ketahanan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global.

Fakhrul Fulvian, pengamat ekonomi, menyoroti bahwa stabilitas rupiah saat ini membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga. “Rupiah sudah kuat dan kembali ke level fundamental. Tidak ada alasan bagi BI untuk menunda penurunan suku bunga jika kondisi ini bertahan,” ujar Fakhrul, Rabu (7/5/2025).

Penguatan rupiah terjadi di tengai sorotan pasar keuangan global terhadap keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pekan kedua Mei 2025. Meskipun pasar memproyeksikan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 100 basis poin pada akhir tahun, Fakhrul memperkirakan bank sentral AS akan tetap mempertahankan suku bunga saat ini sambil memantau perkembangan pasar tenaga kerja dan inflasi core PCE yang masih tinggi.

Di pasar domestik, stabilitas rupiah didukung oleh beberapa faktor fundamental, termasuk pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga dan kebijakan BI yang responsif. “Pasar melihat ketahanan ekonomi Indonesia meskipun ada tekanan global. Ini tercermin dari penguatan rupiah yang kembali ke level wajar,” tambah Fakhrul.

Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat menembus level 6.900 mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan beli (overbought), terutama di sektor perbankan yang rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking). Namun, peluang tetap terbuka di sektor lain seperti komoditas emas yang terus mengalami penguatan, serta sektor primer seperti poultry yang dianggap tahan terhadap volatilitas global.

Fakhrul menekankan pentingnya diversifikasi kontribusi pertumbuhan ekonomi di luar sektor pertanian yang menjadi penyokong utama pada kuartal I-2025. “Kita perlu mendorong lebih banyak sektor agar pertumbuhan ekonomi lebih stabil dan tahan terhadap guncangan eksternal,” pungkasnya.

Dengan rupiah yang kembali stabil di level Rp16.400, pasar keuangan Indonesia menunjukkan ketahanannya di tengah ketidakpastian global, sekaligus membuka ruang bagi otoritas moneter untuk mengambil langkah-langkah yang mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.(sumber infopublik.id).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *