BeritaBudayaEdukasiGaya HidupSosial Budaya

Kolaborasi Seni yang Menyentuh: Wayang Sasak Botol Anak SLB Hipnotis Penonton di Taman Budaya

×

Kolaborasi Seni yang Menyentuh: Wayang Sasak Botol Anak SLB Hipnotis Penonton di Taman Budaya

Share this article

Mataram, Lombok – Gedung teater Taman Budaya Mataram pada Selasa (22/4/2025) menjadi saksi bisu kolaborasi seni yang unik dan menyentuh. Pagelaran Wayang Sasak dengan lakon “Oto Si Penjaga Laut” berhasil memukau penonton yang hadir, terutama karena para pengisi acaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) 1 Mataram.

Ketua Dalang Wayang Sasak, Latif, menjelaskan bahwa pertunjukan ini merupakan karya Fitri Hermawati alias Pikong yang mengisahkan persahabatan antara Oto, penjaga laut, dengan Hake, seorang sahabat dari Prancis. Kisah sederhana ini menjadi istimewa karena ditampilkan dalam rangka memperingati 75 tahun persahabatan antara Indonesia dan Prancis, sekaligus menjadi momen unjuk gigi bagi perkembangan pedalangan Wayang Sasak.

Baca Juga :  Buka Puasa Bersama: Wujud Sinergi Kapolres Sumbawa Barat dengan Awak Media

“Pertunjukan yang disaksikan ini adalah hasil kolaborasi anak-anak SLB 1 Mataram dengan bimbingan guru-guru mereka,” ungkap Latif. “Ini adalah wujud dari gerakan SIBATURTA – Simak, Baca, Tulis, Tutur, dan Tayang – sebuah kemampuan dasar yang harus dimiliki anak-anak kita agar bisa bersaing di dunia global dengan tetap mengenali akar budayanya.”

Lebih lanjut, Latif menyoroti inovasi dalam Wayang Sasak kali ini, di mana boneka-boneka wayang dibuat dari botol bekas. Inisiatif ini bertujuan untuk mengenalkan Wayang Sasak kepada generasi muda dengan cara yang kreatif dan dekat dengan keseharian mereka. “Kami ingin anak-anak kelak tidak kehilangan jejak pada Wayang Sasak yang hingga kini masih dicintai di Lombok,” imbuhnya.

Baca Juga :  2.224 Personel Belum Punya Rumah, Polda NTB Hadirkan Solusi Bersama Pengembang

Pertunjukan ini juga dihadiri oleh siswa-siswi SMA, dengan harapan mereka dapat belajar bahwa kesederhanaan, bahkan dengan wayang yang terbuat dari botol, dapat menyampaikan banyak hal. Latif berharap pertunjukan ini dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk menggelar kegiatan serupa, tidak harus di gedung teater, namun bisa di sekolah atau di mana saja. “Anak-anak hari ini sangat membutuhkan sentuhan pelatihan untuk mengenali budaya mereka,” tegasnya.

Salah satu penonton yang hadir, Dita Damyanti, mengaku sangat terkesan, terharu, dan bangga dengan pertunjukan tersebut. Ia mengapresiasi perjalanan 10 tahun sekolah pedalangan Wayang Sasak yang kini telah melanglang buana. “Pertunjukannya oke, eksekusinya oke, dan ini pertama kalinya melibatkan anak-anak, khususnya dari SLB. Ini memberikan harapan bahwa siapapun bisa berkarya,” ujarnya antusias.

Baca Juga :  Jangan Baper Dulu! Ini 5 Sinyal Pria yang Beneran Naksir Serius

Dita juga memuji kesederhanaan cerita, properti, hingga produksi pertunjukan. “Oto-nya dibuat sangat serius, kemudian anak-anak yang menggunakan kostum sampah itu menarik sekali. Dalang-dalang di balik tokoh-tokohnya sungguh menghibur, membuat terharu dan tertawa dengan cerita yang dibuat oleh Ibu Pikong. Keren banget!” pungkasnya.

Pagelaran Wayang Sasak botol ini menjadi bukti nyata bahwa seni dapat menjadi jembatan inklusi dan edukasi yang efektif. Kreativitas tanpa batas yang dipadukan dengan semangat pelestarian budaya menghasilkan sebuah pertunjukan yang tak hanya menghibur, namun juga memberikan inspirasi bagi semua yang menyaksikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *