Lobar – Pujawali di Pura Siwa Gangga Pancoran yang terletak di Desa Giri Madia, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, berlangsung dengan penuh khidmat pada Senin (19/8/2024). Acara yang dihadiri oleh umat Hindu dari berbagai wilayah ini berjalan lancar dan penuh dengan suasana damai.
Ketua Pura Siwa Gangga, I Nyoman Wisni, dalam wawancaranya dengan media, mengungkapkan sejarah awal berdirinya Pura Siwa Gangga Pancoran. “Pura ini pertama kali dibuka pada tahun 1977. Saat itu, tempat ini masih berupa pancoran atau tempat pemandian, dan jumlah warga umat Hindu di sini masih sekitar 50 kepala keluarga (KK),” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, jumlah umat yang bersembahyang di pura ini semakin bertambah, baik dari dalam maupun luar desa. Hal ini mendorong dilakukannya rekonstruksi pada tahun 1996. “Pada tahun 2015, kami kembali melakukan perbaikan dan rekonstruksi atas kerjasama masyarakat secara swadaya. Tahun ini, perluasan dan rekonstruksi murni akan kembali dilakukan karena kapasitas pura sudah tidak mencukupi melihat antusiasme masyarakat yang terus meningkat,” tambahnya.
Saat ini, Pura Siwa Gangga Pancoran digunakan oleh empat banjar dengan jumlah 280 KK. I Nyoman Wisni berharap agar Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dapat memberikan perhatian lebih terhadap tempat ibadah ini, terutama dalam perluasan area yang dibutuhkan untuk acara-acara besar yang diadakan setiap lima tahun sekali.
“Umat sedharma, khususnya umat Hindu di NTB, mari kita rawat pura-pura bersejarah,” ajaknya.
Pujawali yang berlangsung pada purnama ini ditutup dengan doa bersama yang diharapkan membawa kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi seluruh umat. “Dumogi Ide Sang Hyang Widhi Wasa asung kertha wara nugraha sueca mepaice rahayu, santi, tur jagaditha mantuka ring semeton sinamian. Om Shanti Shanti Shanti Om. Matur suksma,” tutup I Nyoman Wisni.